Thursday, 21 March 2013

Berbatas Tembok Kaca

Sunday, December 4, 2011

Sangat Dekat,
Sedekat Ruh dalam jiwa manusia..
separuh alasanku bertahan hidup, ada diseberang,,
sangat dekat,
tak pernah sekalipun bisa lepas dari sudut mata

menguncup, merekah, namun gugur lalu terbang tersapu angin sore musim ini,,
Apa Salahnya jika takluk?
Aku hanya tak bisa menyebarangi tembok kaca,
tembok kaca nan bening seperti air telaga ini,,

Ah Sayang,
kau tak pernah sedekat ini,
langkahmu, gerakmu, dan hembusan nafasmu,,

Ah tapi sayang,
tembok kaca ini seperti merenggut ruh dari raga-raga yang takluk,
dan membuatnya tak pernah menyatu kembali

being framed by a glass wall
-A.R-

Aku, Si Penyiar Berita itu dan Cita-citaku



Si Koas Mata
Namaku Anita, lengkapnya Anita Rahman, memang namaku persis seperti penyiar berita TVRI zaman 80an, yah, aku tahu itu, hampir semua guru sejak SD, SMP, SMA hingga supervisor di rumah sakit mengulang pertanyaan yang sama, “namamu seperti penyiar TVRI, bapakmu fansnya ya?” dan tentu saja berkali-kali pula aku menjawab hal yang sama. YA, Bapakku  fans dari penyiar itu. 

Satu hal yang membedakan aku dari idola bapakku itu adalah jalan hidup kami, tante Anita Rahman itu adalah seorang Anchor sedangkan aku masih terseok-seok menjadi keset di rumah sakit dan selalu diteriaki “ mbaaaak koaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaas” hahahhaa. Tepat sekali, saat ini aku sedang menjalani pendidikan klinik sebagai dokter muda disalah satu RS di daerahku.

Aku masih teringat saat menginjak bangku SMA kelas X (baca : kelas 1) cita-cita yang telah terbenam dalam dikepalaku menjadi dokter perlahan memudar. Keinginan untuk mencoba hal-hal baru mulai megusik keteguhan hatiku selama ini.  Dan hampir bisa ditebak,  sepertinya nama besar tante Anita Rahman mengambil andil yang besar dalam perubahan ini, tentu saja tidak serta merta aku berkeinginan untuk menjadi seorang anchor, maksudku  untuk mengambil jalur sebagai broadcaster, bahkan aku sempat berfikir untuk mengambil jurusan yang sejalur dengan hal ini.

Namun hal ini tidak bertahan lama, setelah mencoba mengeksplor kemampuan yang aku miliki dengan mencoba menjadi kontributor koran lokal dan dan beberapa kali part-time sebagai menjadi penyiar radio. Aku merasa kehilangan minat dan kembali memantapkan diri pada cita-cita yang dulu aku sebutkan dengan lantang didepan kelas sewaktu SD, Ya, Aku Ingin Menjadi Dokter!!